Dan hujanpun turunlah

Hujan belum mereda, membasahi bumi semahu-mahunya. Suasana hening, sepi sampai ke dalam hati yang paling dalam. Malam kelam, langit tanpa bulan, tanpa bintang gemintang.

Dalam kesunyian, suara Ebiet G. Ade gemersik mengalunkan Menjaring Matahari:

Kabut, sengajakah engkau mewakili fikiranku,
pekat, hitam berarak menyelimuti matahari,
aku dan semua yang ada di sekelilingku,
merangkak menggapai dalam gelap,

mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan,
deras, agar semua basah yang ada di muka bumi,
siramilah juga jiwa kami semua,
yang tengah dirundung kegalauan,

roda zaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih, 
sumbu hidup terus diburu berpacu dengan waktu
tak ada yang dapat menolong selain Yang di Sana,
tak ada yang dapat membantu selain Yang di Sana

Dialah Tuhan, Dialah Tuhan,

roda zaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih,
sumbu hidup terus diburu, berpacu dengan waktu,
tak ada yang dapat menolong selain Yang di Sana,
tak ada yang dapat membantu selain Yang di Sana,

Dialah Tuhan, Dialah Tuhan,
Ooohooo, Tuhan, hmmmm, Tuhan...
Tuhan..

Dialah Tuhan, tempat kembali, tempat mengadu. Hanya di pangkuan-Nya juga ada rasa aman.

2 comments:

Anonymous said...

tak perlu menangis lg

Anonymous said...

tak perlu menangis lg